Segala puji bagi Allah yang membangkitkan para ulama pada
setiap zaman di saat kekosongan para rasul, mereka menunjuki orang yang
tersesat jalannya, sabar menghadapi rintangan, menghidupkan orang mati dengan
al-Qur'an, dan menyalakan cahaya Allah kepada orang-orang yang masih lelap
dalam kebutaan. Betapa banyak korban lblis yang mereka sembuhkan! Dan betapa
banyak orang tersesat kebingungan yang mereka selamatkan!
Alangkah besarnya jasa mereka bagi manusia, tetapi alangkah
jeleknya balasan manusia kepada mereka! Mereka menepis segala penyelewengan
orang-orang yang berlebih-lebihan, kedustaan pembela kebatilan, dan penafsiran
orang-orang jahil yang kebingungan, yang melepaskan tali fitnah dan mengibarkan
bendera kebid'ahan, mereka berselisih dalam menyelisihi kandungan al-Qur’an,
dan bersatu untuk meninggalkan al-Qur'an, mereka berkata tentang Allah dan
kitab-Nya tanpa dasar ilmu, menyebarkan syubhat untuk menipu manusia yang
dungu. Kita ber lindung kepada Allah dari fitnah yang menyesatkan.
Telah dimaklumi bersama bahwa berlalunya waktu dan semakin
jauhnya manusia dari masa kenabian, maka berba¬gai corak kebid'ahan dan
khurafat semakin banyak bermunculan. kebodohan semakin merajalela, keasingan
Islam semakin terasa, mayoritas manusia mengira bahwa apa yang mereka dapati
dari nenek moyang mereka adalah agama, padahal sebenamya agama yang benar tidak
mengenal¬nya. Namun, Allah pasti membangkitkan para pembela agama untuk
menegakkan hujjah dan keterangan kepada mereka.
Nabi SAW telah menginformasikan bahwa akan senantiasa ada
sebagian kelompok kaum muslimin yang tegar di atas kebenaran, tidak gentar oleh
rintangan yang menghadang. Beliau SAW juga bersabda:
إِنَّ اللهَ يَبْعَثُ إِلَى هَذِهِ الأُمَّةِ عَلَى رَأْسِ كُلِّ
مِائَةِ سَنَةٍ مَنْ يُجَدِّدُ لَهَا دِيْنَهَا
"Sesungguluaya Allah mengutus kepada urnat ini pada
setiap seratus tahun orang yang memperbaharui agama-Nya” (HR Abu Daud dan Al-Hakim)
Al-Munawi berkata, "Makna ‘memperbaharui agama’ yaitu
menjelaskan dan membedakan antara perkara sunnah dan bid’ah, menyebarkan Ilmu
agama, membela ahli ilmu dan membantah ahli bid'ah, hal itu tidak bisa
terwujudkan ke-cuali bagi seorang yang alim tentang agama. Ibnu Katsir
mengatakan, Setiap kaum mengaku bahwa imam mereka adalah yang dimaksud oleh
hadits ini, tetapi tampaknya ha¬dits ini mencakup seluruh ulama pada setiap
bidang, baik tafsir, hadits, fiqih, nahwu, bahasa, dan sebagainya."
Pada zaman kita, gelar "pembaharu agama" ini
diobral dengan harga yang sangat murah, diberikan kepada setiap orang jahil
yang melontarkan pendapat-pendapat aneh dan nyeleneh. Semua ini adalah
penyesatan, sebab pembaharu yang sebenarnya adalah seorang yang mengilmui
syari’at Allah SWT dan tegar di atas sunnah Rasulullah SAW.
Informasi Nabi SAW di atas telah terbukti. Allah senantiasa
membangkitkan sebagian hamba-Nya untuk membela agama dan memperbaharuinya di
saat dibutuhkan pembaharuan. Di antara deretan para pembaharu agama adalah
Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab rah, a pada abad kedua belas.'
Sebagaimana layaknya pengibar panji dakwah tauhid dan para
pejuang kebenaran lainnya. beliau mendapatkan tantangan yang tidak ringan, di
sana-sini beliau banyak dihantam celaan, tudingan dan tuduhan, baik di masa
hidupnya maupun setelah wafatnya.
واذا أتتك مذمّتي من ناقص # فهي الشهادة لي بأنّي كامل
“Apabia orang rendah mencelaku. Itu adalah pertanda bahwa
aku seorang yang sempurna."
Sungguh, betapa banyak tulisan dan buku yang berisi cercaan
kepadanya!! Dan betapa banyak mulut durhaka yang sembarangan melontarkan kata
terhadapnya!! Bukan hanya di negeri Indonesia, bahkan hampir cli seluruh
belah¬an dunia!! Namun sayangnya, alangkah sedikitnya orang yang mau cemburu
membela dan meluruskannya!
تكاثرت الظباء على خراش # فما يدري خراش مايصيد
“Kijang begitu banyak di hadapan Khirasy. Sehingga dia tidak
tahu mana yang harus diburu duluan”
Akan tetapi, tahukah Anda bagaimana Syaikh Muhammad bin
Abdul Wahhab menyikapi semua tuduhan itu?! Syaikh Husain bin Ghannam Rah,
a—selaku muridnya—mengatakan, “Syaikh (Muhammad bin Abdul Wahbab) bersabar
menghadapi ucapan yang mereka lontarkan, mengharap pahala di sisi Allah,
menghibur dirinya dengan penderitaan yang menimpa ahli tauhid sebelumnya dan
ba¬gaimana usaha ahli kesyirikan dan kesesatan dalam merintangi dakwah mereka.
Semua ini merupakan sunnatullah bagi hamba-Nya pada setiap zaman. Dia menguji
kesabaran orang-orang yang beriman.
“Alif laam miim. Apakah manusia itu
mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah
beriman", sedang mereka tidak diuji lagi. Dan sesungguhnya kami telah
menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui
orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta” (QS
Al-Ankabut: 1-3)
Maka yakinlah wahai saudaraku—semoga
Allah memberkahimu—bahwa di balik adanya para penentang dakwah tersebut
tersimpan hikmah yang amat besar.
إِنَّ ٱلَّذِينَ جَآءُو بِٱلۡإِفۡكِ
عُصۡبَةٞ مِّنكُمۡۚ لَا تَحۡسَبُوهُ شَرّٗا لَّكُمۖ بَلۡ هُوَ خَيۡرٞ لَّكُمۡۚ
لِكُلِّ ٱمۡرِيٕٖ مِّنۡهُم مَّا ٱكۡتَسَبَ مِنَ ٱلۡإِثۡمِۚ وَٱلَّذِي تَوَلَّىٰ
كِبۡرَهُۥ مِنۡهُمۡ لَهُۥ عَذَابٌ عَظِيمٞ ١١
“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah
dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi
kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat
balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil
bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang
besar” [QS An-Nur: 11]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rah, a
berkata, "Termasuk sunnatullah, apabila Dia ingin menampakkan agama-Nya,
maka dia membangkitkan para penentang agama, sehingga Dia akan memenangkan
kebenaran dan melenyapkan kebatilan, karena kebatilan itu pasti akan hancur
binasa."
Imam Ibnu Qayyim rah, a berkata:
والحق منصور وممتحن فلا تعجب فهذي سنة اللرحمن
“Kebenaran itu akan
menang dan mendapat ujian. Janganlah heran, sebab ini adalah sunnah
ar-Rahman."
Oleh karena itu, hendaknya kita tidak
lupa bahwa suara-suara sumbang tersebut sebenarnya malah berperan besar dalam
menyebarkan dakwah ini.
وإذا أراد الله نشر فضيلة طويت # أتاح
لها لسان حسود
لولا
اشتعال النار فيما جاورت # ما كان يعرف طيب عرف العود
“Bila Allah berkehendak menyebarkan
keutamaan yang rahasia Maka Dia memberi kesempatan lidah pendengki untuk me-nyebarkannya. Seandainya bukan karna nyala api yang
merayap. Maka tidak diketahui wanginya bau kayu wangi.”
Bersama
Majalah Cahaya Nabawiy
من تحدث في غير فنه أتى بالعجائب
“Barangsiapa yang berbicara bukan pada
bidangnya, niscaya dia akan melontarkan keanehan-keanehan.”
Itulah sebuah kata mutiara dari ucapan
al-Hafidz Ibnu Hajar rah, a dalam Fathul Baari 3/466 tentang seorang alim
besar, yaitu Muhammad bin Yusuf al-Kirmani, pensyarah Shahih Bukhari, tatkala
dia menjelaskan sebuah masalah yang sangat rumit dalam bidang hadits.'"
Kata hikmah berharga di atas melintas
di benak penulls tatkala membaca sebuah artikel berjudul "Membongkar Kedok
Wahabi, Satu dari Dua Tanduk Setan" yang dimuat da-lam Majalah Cahaya
Nabawiy. hlm. 8-17 Edisi Th. III Sya’ban 1426 H.
Seorang cerdas yang membace artikel
tersebut niscaya dapat mengetahui kadar akal, agama, dan amanat penulisnya.
Dahulu Imam Ibnu Mubarak mengatakan, "Tidaklah aku membaca kitab seorang,
kecuali aku dapat mengelahui kadar akalnya”
Awalnya, tak terlintas dalam hati kami
untuk menulis bantahan ini, sebab tuduhan dan kebohongan seperti itu bukanlah
suatu hal yang asing lagi bagi kami. Maka kami pun bersikap cuek seperti angin
berlalu dengan mengingat firman Allah SWT:
خُذِ ٱلۡعَفۡوَ وَأۡمُرۡ بِٱلۡعُرۡفِ
وَأَعۡرِضۡ عَنِ ٱلۡجَٰهِلِينَ ١٩٩
“Jadilah engkau pemaaf
dan suruhlah orang mengerjakan yang ma´ruf, serta berpalinglah dari pada
orang-orang yang bodoh” (QS Al-A’raf: 199)
Kami Juga mengingat ucapan imam kita,
Asy-Syafi’i
قل بما شئت في مسبة عرضي # فسكوتي عن
اللئيم جواب
ما أنا عادم الجواب ولكن # ما من الاسد
أن تجيب الكلاب
Berkatalah sesukamu untuk menghina Kehormatanku
Diamku dari orang hina adalah suatu jawaban
Bukan berarti saya tidak memiliki jawaban tetapi
Tidak pantas singa meladeni anjing
أو
كلما طن الذباب زجرته # إن الذباب إذا على كريم
Apakah setiap lalat yang berisik harus
ku usir Kalau begitu latat sangatlah mulia bagiku.
Namun, karena beberapa faktor, kami
pun terdorong dan bertekad bulat untuk menggoreskan pena dan menguak kebohongan
artikel tersebut sebagai keterangan bagi masyarakat luas yang belum mengetahui
hakikat sebenar¬nya. Memang ucapan orang jahil sebenarnya tidak perlu digubris,
tetapi tidak ada salahnya juga apabila kita menanggapinya kalau memang di
dalamnya terdapat kemaslahatan yang leblh besar. Bukankah Allah sering
membantah ucapan ahli batil dalam al-Qur’an-Nya?! Demikian pula Rasulullah
dalam hadits-haditsnya?! Aduhai, kalau kita semua diam tidak menjelaskan
masalah ini, lantas kapan orang jahil dapat mengerti?!
Muhammad bin Bundar rah, a pernah
berkata kepada Imam Ahmad rah, a "Wahai Abu Abdillah, sesungguhnya saya
merasa berat hati untuk mengatakan Si fulan pendusta!" Imam Ahmad
menjawab, "Seandainya kamu diam dan saya juga diam, lantas kapan orang
yang jahil mengetahui mana yang benar dan mana yang salah?!!"
Karena itulah, dengan bertawakal
kepada Allah, kami membahas dan menelaah masalah ini secara mendalam
sehingga—alhamdulillah—menghasilkan suatu tulisan yang ada di hadapan anda
sekarang ini. Semoga Allah merahmati Imam al-Khaththabi tatkala mengatakan,
"Barang siapa yang benar-benar butuh terhadap sesuatu, maka dia akan
banyak bertanya tentangnya dan selalu tekun mencarinya sehingga mendapatkannya
dan menguasainya."
Sekalipun demikian. perlu diperhatikan
bahwa kami tidak menanggapi seluruh isi artikel tersebut Karna hanya menyorot
beberapa permasalahan yang kami anggap penting saja. Semoga hal itu bisa
mewakili tuduhan-tuduhan lainnya.
Ucapan Terima Kasih
Berdasar pada sebuah hadits Nabi SAW:
لاَ
يَشْكُرُ اللهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ
“Tidak bersyukur
kepada Allah seorang yang sidak berterima kasih kepada manusia”
Maka ucapan syukur dan terima
kasih kami ucapkan kepada segenap pihak yang telah membantu kesempumaan tulisan
ini Kepada para ulama yang telah berjasa besar memberikan ilmu kepada kami
melalui kitab-kitab mereka, khususnya Syalikh Dr. Abdul Aziz bin Muhammad bin
Ali hafidzahullah, karena kami banyak mengambil manfaat dari kitabnya yang
sangat bagus" Da'awi al-Munawi’in Li Dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab 'Ardhun wa Naqdun, kepada kedua orang tua kami yang telah mendidik dan
mengasihi kami. kepada para guru kami yang telah mengajari dan membimbing
kami". khususnya kepada ustadzuna wa waliduna karim Abu Muhammad Aunur
Rofiq bin Ghufron Hamdani yang mengarahkan dan membina kami semenjak kepergian
ayah tercinta. demi Allah begitu banyak jasa dan kebaikan beliau kepada kami
yang akan selalu kami kenang dalam hidup, kepada rekan-rekan penulis: al-Ustadz
Abu Yahya Abdus Salam, Akhi': al-Ustadz Syahrul Fatwa, Akhi Junaidi. Akhi Aunus
Shafi dan lain-lainnya dari orang-orang yang membantu kelancaran penerbitan
buku ini, penulis berdo'a kepada Allah agar membalas kebaikan mereka semua.
إذا أفادك إنسان بفائدة # من العلوم فأدمن شكره أبدا
وقل فلان جزاه الله صالحة # أفادنيها وألق الكبر والحسدا
Apabila ada seorang yang
memberikan faedah kepadamu berupa ilmu, maka banyaklah terima kasih padanya
selama-lamanya. Katakanlah: Semoga Allah membalas si fulan dengan
kebaikan, Karena dia telah memberiku faedah, tinggalkan kesombongan dan
kedengkian'