Latest Article Get our latest posts by subscribing this site

Judul Tulisannya Menyeramkan!!

"Membongkar Kedok Wahabi, Satu dari Dua Tanduk Setan". Demikianlah Judul lengkapnya artikel tersebut. Adapun judul sampul depannya tertulis tidak jauh berbeda “Membongkar Kedok Wahabi”, Pembasmi Situs Islam" dengan gambar tangan seorang berserban yang menghancurkan kubah-kubah di kuburan. Kami yakin hal itu sengaja dibuat seram sedemiklan rupa untuk membuat ngeri manusia ketika mendengar nama Wahabi dan melarikan mereka dari dakwahnya.

Kami tidak akan banyak mengomentarinya karena sebentar lagi Anda akan mengetahui sendiri. Namun, yang ingin saya sampalkan di sini, hendaknya seorang penulis memilih judul yang baik untuk tulisannya sebab judul memiliki korelasi (keterkaitan) dengan isi tulisannya. Termasuk keajaiban takdir bahwasanya paman Nabi yang mendapati masa kenabian ada empat orang, yang dua tidak masuk Islam dan dua lainnya memeluk agama Islam, nama kedua pamannya yang tidak masuk Islam bertentangan dengan Islam, yaitu Abu Thalib yang nama aslinya Abdu Manaf dan Abu Lahab yang nama aslinya Abdul “Uzza”, berbeda halnya dengan nama paman beliau yang memeluk agama Islam yaitu Hamzah dan Ablsas."

Demikian pula dengan judul tulisan di atas, disebabkan judulnya saja tidak sesuai dengan etika, maka tak aneh bila isinya kemudian sarat dengan penyimpangan, kesalahan, dan kebohongan sehagaimana yang akan kita ketahui sebentar lagi.

Sebuah tulisan bagi penulisnya sama pentingnya dengan seorang anak. Tulisan adalah buah pemikiran seorang, sedangkan anak adalah buah keturunannya. Oleh karenanya, seorang penulis hendaknya memilih judul yang baik untuk tulisannya, sebagaimana dia memilih nama yang baik untuk anaknya. Syaikh Masyhur bin Hasan menye¬butkan ada lima poin penting yang perlu diperhatikan dalam pemberian judul, di antaranya judul tulisan hen¬daknya tidak bertentangan dengan syari’at, seperti seruan untuk mengikuti arus orientalis, seruan kepada hal-hal yang bertentangan dengan norma dan akhlak, bertentangan dengan aqidah lslam yang telah mapan, atau berisi celaan kepada para ulama. As-Subki rah.a dalam Thobaqat Syqfr'hiyall 1/69 menyebutkan bahwa Ibnu Abdil Hakam menulis sebuab kitab berjudul ar-Radd 'Ata Syafi'i fima Khalafa Fihi al-Kitab wa Sunnah (Bantahan Kepada Syafi'i balam Hal-Hal yang Dia Menyelisihi al-Qurlan dan Sunnah). As-Subki berkomentar, "Judul ini sangat jelek." Aduhai, kalau judul seperti itu saja dianggap sangat jelek oleh as-Subkl, lantas bagalmana kiranya dengan judul tulisan di atas?! Kami serahkan jawabannya kepada Anda, wahai saudara pembaca!!

Perhatikanlah ucapannya "Satu Dari Dua Tanduk Setan". Lebih jelas lagi, hal ini ditafirkan dengan ucapannya di akhir tulisan;

Adapun mengenai sabda Nabi SAW yang mengisyaratkan bahwa akan ada keguncangan dari arah timur (Najed) dan dua tanduk setan, sebagian ulama mengatakan bahwa yang dimaksud dengan dua tanduk setan itu tiada lain adalah Musailamah Al-Kadzdzab dan Muhammad lbn Ab¬dil Wahhab. — ihim.17)
Hanya kepada Allah kita mengadukan semua ini!!

Namun hal itu tak aneh, karena para penentang dakwah ini biasa melontarkan kata-kata keji seperti itu. Syaikh Mas’ud an-Nadawi rah.a berkata:

"Adapun celaan-celaan mereka, maka sebenarnya saya tidak sanggup untuk mengungkapkannya, tetapi saya minta maaf kepada pembaca kalau saya harus menukil satu contoh saja agar diketahui akhlak para penentang tersebut, sebagaimana saya minta maaf kepada para ahli ilmu semuanya. Dalam
kitab ash-Shawa’iq wa ar-Rudud, ada dua kata pengantar oleh Abdullah bin Dawud az-Zubairi dan Muhammad bin Fairuz Al-Hambali di awal kata pengantar ini, pembaca dapat membaca sebuah ungkapan berikut yang melihatnya saja kita malu, tetapi sebagaimana kata orang, ‘Menukil kekufuran bukanlah termasuk kekufuran'; maka tahanlah hatimu dan bacalah ungkapannya berikut,; …Mungkin saja Syaikh (Abdul Wahhab) lengah ketika bersenggama dengan Istrinya, se-hingga didahulul oleh setan yang sebenarnya bapaknya orang hina ini. Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un. Adakah kata yang lebih keji dari pada ini?!!
Sekalipun demikian, saya berharap kita tidak emosional dengan perilaku jelek mereka, letapi hendaknya kita tunjukkan akhlak kita yang indah.. Dahulu Imam Syafi'i rah.a pernah mengatakan:


"Orang pandir mencercaku dengan kara-kata jelek. Maka saya tidak ingin untuk menjawabnya. Dia bertambah pandir dan saya bertambah lembut. Seperti kayu wangi yang dibakar malah menambah wangi”.

Motivasi Hadirnya Blog Ini

Sebelum kita memasuki gerbang inti pembahasan kitab ini, ada beberapa hal yang perlu kami sampaikan terlebih dahulu sebagal jembatan menuju kepadanya:

Beberapa Faktor Pendorong Tulisan Ini

Menulis sebuah artikel atau tulisan bisa jadi langsung muncul dari ide pribadl seorang penulis, di mana dia melihat keadaan manusia membutuhkan keterangan tentang tema pembahasan tertentu. Atau bisa jadi karena ada penyebab luar, seperti permintaan sebagian manusia untuk ditulis tema tertentu. " Adapun tulisan ini, maka sebab penulisannya terdorong oleh beberapa faktor berikut:

a.      Membela Aqidah Salaf

Tidak diragukan lagi bahwa pembelaan kita terhadap tokoh para ulama pengibar dakwah tauhid semisal Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rah.a bukanlah berarti pembelaan terhadap pribadinya saja, melainkan lebih dari ltu, pembelaan terhadap aqidah dan dakwah yang mereka sebarkan. Oleh karenanya, kalau kita cermati kritikan para penentang, baik secara tulisan maupun lisan, ghalibnya (kebanyakannya) adalah seputar masalah tauhid dan sunnah. Hal ini menunjukkan secara jelas bahwa tujuan para ahli bid'ah di balik mencela ulama bukan hanya sekadar pribadi mereka, namun dakwah dan ilmu yang mereka tebarkan.

b.      Merealisasikan Kewajiban Membantah Ahli Bid'ah

Sesungguhnya membela kemurnian agama serta membantah para ahli bid'ah dengan argumen dan hujjah merupakan kewajiban yang amat mulia dan landasan utama dalam agama. Karenanya, para ulama salaf shalih lebih mengutamakannya daripada ibadah sunnah, bahkan mereka menilai bahwa hal tersebut merupakan jihad dan ketaatan yang sangat utama.

Imam Ahmad rah.a pemah ditanya, “Manakah yang lebih engkau sukai, antara seorang yang berpuasa (sunnah), shalat (sunnah) dan I’tikaf dengan seorang yang membantah ahli bid'ah?" Beliau menjawab, “Kalau dia shalat dan i'tikaf rnaka maslahatnya untuk dirinya pribadi, tetapi kalau dia membantah ahli bid'ah maka maslahatnya untuk kaum muslimln, ini lebih utama."



Syaikhul Islam rah.a berkomentar; "Maka jelaslah bahwa manfaatnya umum bagi kaum muslimin dalam agama mereka, dan ini termasuk jihad di jalan Allah. sebab memurnikan jalan Allah, agama-Nya, dan syari'at-Nya serta membendung kerusakan mereka (ahli bid'ah) hukumnya fardhu kifayah dengan kesepakatan kaum muslimin, Seandainya Allah tidak membangkitkan sebangian hamba-Nya untuk membendung bahaya mereka, niscaya agama ihi akan hancur dengan kehancuran yang lebih dahsyat daripada kehancuran yang disebabkan serangan musuh (penjajah), karena tatkala musuh menyerang, mereka tidak merusak hati dan agama kecuali belakangan. Adapun ahli bid'ah, mereka merusak duluan.'"

c.       Membela Kehormatan Ulama

Sesungguhnya Allah telah berjanji untuk menolong para ulama dan membela kehormatan mereka.

إِنَّ ٱللَّهَ يُدَٰفِعُ عَنِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْۗ...... ٣٨


“Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang telah beriman, …” (QS.al-Hajj [22]: 38)

Imam Ibnu Asakir rah.a berkata: "Ketahuilah wahai saudaraku, bahwa daging para ulama —semoga Allah merahmati mereka—beracun. Allah pasti menyingkap tirai para pencela mereka, karena menuduh dan menodai kehormatan mereka merupakan perbuatan dosa besar."

Al-Hafizh Ibnu Rajab rah.a berkata: "Barang siapa yang diketahui bahwa kritikannya terhadap ulama bertujuan untuk menjelakan, mencela, dan menampakkan aib dan cacat seorang ulama, maka dia harus mendapatkan teguran agar dia dan orang-orang sepertinya merasa jera dari perbuatan haram ini.”
Beliau melanjutkan, “Tujuan tersebut dapat diketahui dari pengakuan si pengkritik atau beberapa bukti dari perkataan dan perbuatannya."

Syaikh al-Albani rah.a berkata: "Kewajiban kita adalah membela orang orang yang beriman dan menjernihkan kehormatan mereka dari segala kebohongan dan kebatilan yang dilontarkan kepada mereka, haik karena faktor kejahilan, kedzhaliman, atau mungkin kedua-duanya secara bersamaan.”
Maka kami berharap kepada penulis artikel tersebut untuk bertaubat kepada Allah dari kebohongan yang dilontarkannya dan mengingat siksa neraka bagi orang-orang yang berdusta.

d.      Rujukan yang Laris Manis

Dalam pembukaannya, saudara penulis artikel secara terang-terangan mengatakan bahwa dirinya banyak menukil dari kitab Syaikh Ahmad Zaini Dahlan, sedangkan kitab Dahlan ini memiliki peran yang amat besar dalam menyebarkan kebohongan pada tahun-tahun terakhir ini."

Sejatinya, kesesatan dan kedustaan kitab Ahmad Zaini Dahlan ini sudah sangat jelas, bagaikan matahari di siang bolong. Masalahnya kitab tersebut dijadikan rujukan dan disebarkan, sehingga masyarakat banyak ter tipu. Mungkin setali tiga uang dengan penyesatan yang dilakukan Amerika dan Barat dengan propaganda lslam ldentik dengan terorisme.

Ambil contoh buku l'tiqad Ahlussunnah wal huna’ah karya KH. Siradjuddin Abbas, mulai hlm. 305, kyai ini menjadikan kitab Dahlan sebagai rujukan. Juga buku Konsep Dasar Pengertian Ahlus Sunnah wal lanwah, Drs. KH. Ach. Masduqi menjiplak tuduhan Siradjuddin Abbas. Terakhir, Majalah Cahaya Nabawiy, membuat judul yang bebat "Membongkar Kedok Wahabi", lagi-lagi rujukan yang dipakai aclalah karya Dahlan seperti Fitnatul WahhabiyyahDaulah Utsmaniyyah, dan Khulashah Kalam.

e.       Agar Masyarakat mengetahui Hakikat dan Kenyataan

Merupakan suatu hal yang dimaklumi bersama, bahwa mayoritas masyarakat kita begitu mudah terkena fobia dan alergi ketika mendengar kata “Wahabi". Dalam gambaran mereka, "Wahabi sangat menyeramkan, entah karena faktor kebodohan atau karena doktrin orang-orang yang dianggap berilmu di lingkungannya, padahal mereka tidak mengerti apa sebenarnya “Wahabi" itu dan bagaimana hakikat dakwah mereka.
Syaikh Abdul Aziz bin Baz rah.a berkata: "Orang-orang yang memusuhi Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab ada dua golongan:
  • Pertama: Golongan yang berada di kubang kesyirikan. Mereka memusuhi Syaikh karena Ingin kembali ke dalam kesyirikan mereka. sebab Syaikh menyerukan tauhid, sedangkan mereka orang-orang yang gandrung dengan kesyirikan.
  • Kedua: Orang-orang jahil yang tertipu oleh Juru dakwah kehatilan, orang-orang jahil tersebut hanya taklid buta kepada orang jahil pula atau orang yang dengki.
Maka untuk meluruskan gambaran-gambaran miring dan negatlf tersebut, hati kami terdorong untuk membuat situs "Meluruskan Sejarah Wahabi" (yang diambil dari buku dengan judul yang sama) ini.



f.        Menyumbangkan Ilmu Dalam Kehidupan Fana

Tidak ragu lagi bahwa dakwah merupakan amal ibadah yang amat mulia, maka untuk mengharapkan pahala dari Allah. kami terdorong untuk berpartisipasi memberikan ilmu kami yang sedikit ini. semoga Allah menerima amal perbuatan kita semua. Imam Ibnu Hazm rah.a pernah berkata: “Cintaku di Dunia adalah menyebarkan Ilmu, Ke Pelosok Desa dan Kota. Mengajak Manusia kepada al-Qur'an dan Sunnah Yang kini banyak dilalaikan manusia.”

Meluruskan Sejarah Wahabi: Pendahuluan

Segala puji bagi Allah yang membangkitkan para ulama pada setiap zaman di saat kekosongan para rasul, mereka menunjuki orang yang tersesat jalannya, sabar menghadapi rintangan, menghidupkan orang mati dengan al-Qur'an, dan menyalakan cahaya Allah kepada orang-orang yang masih lelap dalam kebutaan. Betapa banyak korban lblis yang mereka sembuhkan! Dan betapa banyak orang tersesat kebingungan yang mereka selamatkan!



Alangkah besarnya jasa mereka bagi manusia, tetapi alangkah jeleknya balasan manusia kepada mereka! Mereka menepis segala penyelewengan orang-orang yang berlebih-lebihan, kedustaan pembela kebatilan, dan penafsiran orang-orang jahil yang kebingungan, yang melepaskan tali fitnah dan mengibarkan bendera kebid'ahan, mereka berselisih dalam menyelisihi kandungan al-Qur’an, dan bersatu untuk meninggalkan al-Qur'an, mereka berkata tentang Allah dan kitab-Nya tanpa dasar ilmu, menyebarkan syubhat untuk menipu manusia yang dungu. Kita ber lindung kepada Allah dari fitnah yang menyesatkan.

Telah dimaklumi bersama bahwa berlalunya waktu dan semakin jauhnya manusia dari masa kenabian, maka berba¬gai corak kebid'ahan dan khurafat semakin banyak bermunculan. kebodohan semakin merajalela, keasingan Islam semakin terasa, mayoritas manusia mengira bahwa apa yang mereka dapati dari nenek moyang mereka adalah agama, padahal sebenamya agama yang benar tidak mengenal¬nya. Namun, Allah pasti membangkitkan para pembela agama untuk menegakkan hujjah dan keterangan kepada mereka.

Nabi SAW telah menginformasikan bahwa akan senantiasa ada sebagian kelompok kaum muslimin yang tegar di atas kebenaran, tidak gentar oleh rintangan yang menghadang. Beliau SAW juga bersabda:

إِنَّ اللهَ يَبْعَثُ إِلَى هَذِهِ الأُمَّةِ عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ مَنْ يُجَدِّدُ لَهَا دِيْنَهَا

"Sesungguluaya Allah mengutus kepada urnat ini pada setiap seratus tahun orang yang memperbaharui agama-Nya” (HR Abu Daud dan Al-Hakim)

Al-Munawi berkata, "Makna ‘memperbaharui agama’ yaitu menjelaskan dan membedakan antara perkara sunnah dan bid’ah, menyebarkan Ilmu agama, membela ahli ilmu dan membantah ahli bid'ah, hal itu tidak bisa terwujudkan ke-cuali bagi seorang yang alim tentang agama. Ibnu Katsir mengatakan, Setiap kaum mengaku bahwa imam mereka adalah yang dimaksud oleh hadits ini, tetapi tampaknya ha¬dits ini mencakup seluruh ulama pada setiap bidang, baik tafsir, hadits, fiqih, nahwu, bahasa, dan sebagainya."

Pada zaman kita, gelar "pembaharu agama" ini diobral dengan harga yang sangat murah, diberikan kepada setiap orang jahil yang melontarkan pendapat-pendapat aneh dan nyeleneh. Semua ini adalah penyesatan, sebab pembaharu yang sebenarnya adalah seorang yang mengilmui syari’at Allah SWT dan tegar di atas sunnah Rasulullah SAW.

Informasi Nabi SAW di atas telah terbukti. Allah senantiasa membangkitkan sebagian hamba-Nya untuk membela agama dan memperbaharuinya di saat dibutuhkan pembaharuan. Di antara deretan para pembaharu agama adalah Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab rah, a pada abad kedua belas.'
Sebagaimana layaknya pengibar panji dakwah tauhid dan para pejuang kebenaran lainnya. beliau mendapatkan tantangan yang tidak ringan, di sana-sini beliau banyak dihantam celaan, tudingan dan tuduhan, baik di masa hidupnya maupun setelah wafatnya.

واذا أتتك مذمّتي من ناقص # فهي الشهادة لي بأنّي كامل

“Apabia orang rendah mencelaku. Itu adalah pertanda bahwa aku seorang yang sempurna."

Sungguh, betapa banyak tulisan dan buku yang berisi cercaan kepadanya!! Dan betapa banyak mulut durhaka yang sembarangan melontarkan kata terhadapnya!! Bukan hanya di negeri Indonesia, bahkan hampir cli seluruh belah¬an dunia!! Namun sayangnya, alangkah sedikitnya orang yang mau cemburu membela dan meluruskannya!

تكاثرت الظباء على خراش # فما يدري خراش مايصيد

Kijang begitu banyak di hadapan Khirasy. Sehingga dia tidak tahu mana yang harus diburu duluan”

Akan tetapi, tahukah Anda bagaimana Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab menyikapi semua tuduhan itu?! Syaikh Husain bin Ghannam Rah, a—selaku muridnya—mengatakan, “Syaikh (Muhammad bin Abdul Wahbab) bersabar menghadapi ucapan yang mereka lontarkan, mengharap pahala di sisi Allah, menghibur dirinya dengan penderitaan yang menimpa ahli tauhid sebelumnya dan ba¬gaimana usaha ahli kesyirikan dan kesesatan dalam merintangi dakwah mereka. Semua ini merupakan sunnatullah bagi hamba-Nya pada setiap zaman. Dia menguji kesabaran orang-orang yang beriman.

“Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi. Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta” (QS Al-Ankabut: 1-3)

Maka yakinlah wahai saudaraku—semoga Allah memberkahimu—bahwa di balik adanya para penentang dakwah tersebut tersimpan hikmah yang amat besar.

إِنَّ ٱلَّذِينَ جَآءُو بِٱلۡإِفۡكِ عُصۡبَةٞ مِّنكُمۡۚ لَا تَحۡسَبُوهُ شَرّٗا لَّكُمۖ بَلۡ هُوَ خَيۡرٞ لَّكُمۡۚ لِكُلِّ ٱمۡرِيٕٖ مِّنۡهُم مَّا ٱكۡتَسَبَ مِنَ ٱلۡإِثۡمِۚ وَٱلَّذِي تَوَلَّىٰ كِبۡرَهُۥ مِنۡهُمۡ لَهُۥ عَذَابٌ عَظِيمٞ ١١

“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar” [QS An-Nur: 11]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rah, a berkata, "Termasuk sunnatullah, apabila Dia ingin menampakkan agama-Nya, maka dia membangkitkan para penentang agama, sehingga Dia akan memenangkan kebenaran dan melenyapkan kebatilan, karena kebatilan itu pasti akan hancur binasa."
Imam Ibnu Qayyim rah, a berkata:

والحق منصور وممتحن فلا تعجب فهذي سنة اللرحمن

“Kebenaran itu akan menang dan mendapat ujian. Janganlah heran, sebab ini adalah sunnah ar-Rahman."

Oleh karena itu, hendaknya kita tidak lupa bahwa suara-suara sumbang tersebut sebenarnya malah berperan besar dalam menyebarkan dakwah ini.

وإذا أراد الله نشر فضيلة طويت # أتاح لها لسان  حسود
لولا  اشتعال النار فيما جاورت # ما كان يعرف طيب عرف العود

“Bila Allah berkehendak menyebarkan keutamaan yang rahasia Maka Dia memberi kesempatan lidah pendengki untuk me-nyebarkannya. Seandainya bukan karna nyala api yang merayap. Maka tidak diketahui wanginya bau kayu wangi.”

Bersama Majalah Cahaya Nabawiy


من تحدث في غير فنه أتى بالعجائب

“Barangsiapa yang berbicara bukan pada bidangnya, niscaya dia akan melontarkan keanehan-keanehan.”

Itulah sebuah kata mutiara dari ucapan al-Hafidz Ibnu Hajar rah, a dalam Fathul Baari 3/466 tentang seorang alim besar, yaitu Muhammad bin Yusuf al-Kirmani, pensyarah Shahih Bukhari, tatkala dia menjelaskan sebuah masalah yang sangat rumit dalam bidang hadits.'"

Kata hikmah berharga di atas melintas di benak penulls tatkala membaca sebuah artikel berjudul "Membongkar Kedok Wahabi, Satu dari Dua Tanduk Setan" yang dimuat da-lam Majalah Cahaya Nabawiy. hlm. 8-17 Edisi Th. III Sya’ban 1426 H.

Seorang cerdas yang membace artikel tersebut niscaya dapat mengetahui kadar akal, agama, dan amanat penulisnya. Dahulu Imam Ibnu Mubarak mengatakan, "Tidaklah aku membaca kitab seorang, kecuali aku dapat mengelahui kadar akalnya”

Awalnya, tak terlintas dalam hati kami untuk menulis bantahan ini, sebab tuduhan dan kebohongan seperti itu bukanlah suatu hal yang asing lagi bagi kami. Maka kami pun bersikap cuek seperti angin berlalu dengan mengingat firman Allah SWT:

خُذِ ٱلۡعَفۡوَ وَأۡمُرۡ بِٱلۡعُرۡفِ وَأَعۡرِضۡ عَنِ ٱلۡجَٰهِلِينَ ١٩٩

“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma´ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh” (QS Al-A’raf: 199)

Kami Juga mengingat ucapan imam kita, Asy-Syafi’i

قل بما شئت في مسبة عرضي # فسكوتي عن اللئيم جواب
ما أنا عادم الجواب ولكن # ما من الاسد أن تجيب الكلاب

Berkatalah sesukamu untuk menghina Kehormatanku
Diamku dari orang hina adalah suatu jawaban
Bukan berarti saya tidak memiliki jawaban tetapi

Tidak pantas singa meladeni anjing

أو كلما طن الذباب زجرته # إن الذباب إذا على كريم

Apakah setiap lalat yang berisik harus ku usir Kalau begitu latat sangatlah mulia bagiku.
Namun, karena beberapa faktor, kami pun terdorong dan bertekad bulat untuk menggoreskan pena dan menguak kebohongan artikel tersebut sebagai keterangan bagi masyarakat luas yang belum mengetahui hakikat sebenar¬nya. Memang ucapan orang jahil sebenarnya tidak perlu digubris, tetapi tidak ada salahnya juga apabila kita menanggapinya kalau memang di dalamnya terdapat kemaslahatan yang leblh besar. Bukankah Allah sering membantah ucapan ahli batil dalam al-Qur’an-Nya?! Demikian pula Rasulullah dalam hadits-haditsnya?! Aduhai, kalau kita semua diam tidak menjelaskan masalah ini, lantas kapan orang jahil dapat mengerti?!

Muhammad bin Bundar rah, a pernah berkata kepada Imam Ahmad rah, a "Wahai Abu Abdillah, sesungguhnya saya merasa berat hati untuk mengatakan Si fulan pendusta!" Imam Ahmad menjawab, "Seandainya kamu diam dan saya juga diam, lantas kapan orang yang jahil mengetahui mana yang benar dan mana yang salah?!!" 

Karena itulah, dengan bertawakal kepada Allah, kami membahas dan menelaah masalah ini secara mendalam sehingga—alhamdulillah—menghasilkan suatu tulisan yang ada di hadapan anda sekarang ini. Semoga Allah merahmati Imam al-Khaththabi tatkala mengatakan, "Barang siapa yang benar-benar butuh terhadap sesuatu, maka dia akan banyak bertanya tentangnya dan selalu tekun mencarinya sehingga mendapatkannya dan menguasainya."

Sekalipun demikian. perlu diperhatikan bahwa kami tidak menanggapi seluruh isi artikel tersebut Karna hanya menyorot beberapa permasalahan yang kami anggap penting saja. Semoga hal itu bisa mewakili tuduhan-tuduhan lainnya.

Ucapan Terima Kasih


Berdasar pada sebuah hadits Nabi SAW:
لاَ يَشْكُرُ اللهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ

“Tidak bersyukur kepada Allah seorang yang sidak berterima kasih kepada manusia”

Maka ucapan syukur dan terima kasih kami ucapkan kepada segenap pihak yang telah membantu kesempumaan tulisan ini Kepada para ulama yang telah berjasa besar memberikan ilmu kepada kami melalui kitab-kitab mereka, khususnya Syalikh Dr. Abdul Aziz bin Muhammad bin Ali hafidzahullah, karena kami banyak mengambil manfaat dari kitabnya yang sangat bagus" Da'awi al-Munawi’in Li Dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab 'Ardhun wa Naqdun, kepada kedua orang tua kami yang telah mendidik dan mengasihi kami. kepada para guru kami yang telah mengajari dan membimbing kami". khususnya kepada ustadzuna wa waliduna karim Abu Muhammad Aunur Rofiq bin Ghufron Hamdani yang mengarahkan dan membina kami semenjak kepergian ayah tercinta. demi Allah begitu banyak jasa dan kebaikan beliau kepada kami yang akan selalu kami kenang dalam hidup, kepada rekan-rekan penulis: al-Ustadz Abu Yahya Abdus Salam, Akhi': al-Ustadz Syahrul Fatwa, Akhi Junaidi. Akhi Aunus Shafi dan lain-lainnya dari orang-orang yang membantu kelancaran penerbitan buku ini, penulis berdo'a kepada Allah agar membalas kebaikan mereka semua.

إذا أفادك إنسان بفائدة # من العلوم فأدمن شكره أبدا
وقل فلان جزاه الله صالحة # أفادنيها وألق الكبر والحسدا

Apabila ada seorang yang memberikan faedah kepadamu berupa ilmu, maka banyaklah terima kasih padanya selama-lamanya. Katakanlah: Semoga Allah membalas si fulan dengan kebaikan, Karena dia telah memberiku faedah, tinggalkan kesombongan dan kedengkian'



Meluruskan Sejarah Wahabi: Sebuah Pengantar (2)


اَلْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنِ التَّبَعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ، أَمَّا بَعْد
Seorang tokoh menyuntikkan doktrin kepada suatu rombongan haji: "Nanti kalau sudah sampai sana, jangan mau mendengarkan pengajian-pengajian di sana atau mengambil huku-buku yang dibagikan di sana secara Cuma-cuma, karena mereka itu aliran Wahabi!!!” Sebagian pendengar pun manggut-manggut mendengar doktrin tersebut dan sebagian bertanya-tanya penasaran: "Memang apa masalahnya? Apakah kita tidak punya akal untuk manbedakan mana yang benar dan mana yang salah?"
  • Setelah tragedi pengeboman di Hotel J.W. Marriott Jakarta tanggal 17 Juli 2009, seorang aktivis berkomentar, "Dalang utama di balik aksi tersebut adalah aliran Wahabi!!! Subhanallah, betapa mudahnya mengeluarkan kata-kata, tetapi betapa sulitnya mendatangkan bukti dan fakta yang sesungguhnya!!!
  • Sebuah majalah pernah menulis bahwa aliran Wahabi adalah kepanjangan tangan orang-orang kafir Yahudi dan mendapatkan dana dari mereka untuk merusak Islam dari dalam dan memecah helah barisan mereka!!!
  • Sebuah buku pernah menulis bahwa Wahabi adalah aliran yang mernonopoli kebenaran sehingga mengecap kafir setiap golongan yang selain dari golongannya!!!
  • Sebuah situs di internet mengkhususkan diri untuk menurunkan artikel-artikel bantahan kepada Wahhabi, sehingga seringkali membuat judul "Ibnu Taimiyyah membungkam Wahabi, "Ibnu Katsir membungkam Wahabi, dan sebagainya!!
Demikian kira-kira sebagian kecil suara sumbang dan komentar-komentar miring tentang Wahhabi. Tentunya, setiap kita akan bertanya-tanya, "Benarkah isu-isu terse¬but ataukah itu hanyalah kedustaan belaka? Semoga Anda dapat menentukan jawabannya dalam blog sederhana yang sekarang sedang anda buka.



Saudaraku pembaca, bila kita memperhatikan dan mengikuti perkembangan dakwah ini, niscaya akan kita dapati bahwa dakwah salafiyyah al-mubarakah semakin menggeliat dan semarak, baik lewat pengailan. majalah, internet, radio, dan sebagainya. Orang-orang pun semakin tahu hakikat dakwah ini. Kini bukan hanya masya¬rakat biasa yang bisa menikmatinya, karena dakwah ini su¬dah masuk ke kantor-kantor dan masyarakat kelas atas.

Sayangnya, perkembangan dan semaraknya dakwah tersebut tidak menyenangkan sebagian kalangan yang dalam hatinya terdapat penyakit, sehingga mereka berusaha sekuat tenaga untuk menghadang dan menyerangnya dengan berbagai cara, baik dengan doktrin lisan, tulisan, internet, buku, dan sebagainya. Namun, demi Allah sampai detik ini tidak ada hujjah yang mereka utarakan selain hujjah yang lemah dan kedustaan yang justru menguatkan keyakinan kita akan kebenaran dakwah ini.

Sungguh benar Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rah.a tat-kala mengatakan. "Kebenaran itu apabila semakin ditentang dengan syubhar (kerancuan) maka Allah akan membangkitkan kebenaran dan melenyapkan kehatilan dengan bukti-bukti kuat. Kebenaran Itu ibaratnya emas murni. semakin teruji semakin tampak keasliannya, sedangkan kebatilan itu seperti emas palsu. semakin diuji semakin tampak kepalsuannya.”

Meluruskan Sejarah Wahabi: Sebuah Pengantar (1)

Segala puji bagi Alloh swt Yang Maha Belas Kasihan kepada hamba-Nya. Dia mengutus utusan dan menurunkan wahyu-Nya agar terwujud umat yang mentauhidkan-Nya dan menjauhi semua bentuk kesyirikan yang mendatangkan murka-Nya sebagaimana tercantum di dalam Surat adz-Dzariyat [51]: 56 dan ayat lainnya.

Semoga shalawat dan salam tetap terlimpah kepada Nabi Muhammad saw yang telah menyebarkan risalah tauhid dan membendung semua jalan yang menuju kepada kesyirikan. Dengan takdir Alloh yang telah mengaruniai Rasulullah saw dengan berbagai nikmat, beliau bersungguh-sungguh dan bersabar menyampaikan tauhid, walaupun dihina, dianiaya, difitnah. Alloh memberi kemenangan kepada beliau sehingga tauhid menyebar di seluruh dunla dan menjadi hinalah  penyembah berhala dan  pembelanya.

Dakwah tauhid yang sangat mulia tetap berjalan terus meski beliau telah meninggal dunia, dilanjutkan oleh pembelanya, yaitu para sahabat dan generasi salaf sesudahnya. Dari Tsauban Rasulullah saw  bersabda:

لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِيْ ظَاهِرِيْنَ عَلَى الْحَقِّ لاَ يَضُرُّ هُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ وَهُمْ كَذَالِكَ

"Senantiasa ada golongan dari umatku yang membela kebenaran (sunnah). Tidaldah membahayakan mereka orang yang menghinanya sampai datang ketentuan Allah pada hari Qiamat” —(HR. Muslim: 3544)

Golongan selamat salafush shalih, ahli atsar, walaupun jumlahnya sedikit akan tetapi tetap tegar membela tauhid meski dimusuhi oleh tujuh puluh dua golongan dari yang mengaku muslim; dan pantang mundur, tidak takut celaan musubnya dari mana pun datangnya. Mereka punya prinsip bahwa semua penegak tauhid pasti dimusuhi, dicaci, dan difitnah, sebagaimana yang pernah dialami Rasulullah Bangsa Arab yang menggelari Nabi saw dengan al-Amin (insan yang dapat dipercaya) diganti dengan majnun (gila) setelah beliau memberantas penyembah kuburan dan berhala dan mengajak manusia agar mentauhidkan Alloh saja. Para sahabatnya banyak dibunuh dan difitnah karena dakwah tauhid. Demikian pula ulama salaf sesudahnya, terutama yang hidup di lingkungan penyembah kubur, yang senantiasa menasihati mereka agar berdo'a hanya kepada Alloh dan meninggalkan kegiatan meminta kepada orang mati, wali. sunan, dan lainnya; mereka difitnah dan dijauhkan dari umat. Memang, penyembah kubur selalu membuat makar dan ingin memadamkan bendera tauhid. Akan tetapi Allah berkehendak menghidupkannya.

وَمَكَرُوا۟ وَمَكَرَ ٱللَّهُ ۖ وَٱللَّهُ خَيْرُ ٱلْمَٰكِرِينَ
“Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya” (QS Ali Imran 54)

يُرِيدُونَ لِيُطْفِـُٔوا۟ نُورَ ٱللَّهِ بِأَفْوَٰهِهِمْ وَٱللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِۦ وَلَوْ كَرِهَ ٱلْكَٰفِرُونَ
Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya"
[As Saff: 8]

Ulama Sunnah telah menyadari bahwa sudah menjadi sunnatullah, setiap pembela tauhid pasti dimusuhi.

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِىٍّ عَدُوًّۭا شَيَٰطِينَ ٱلْإِنسِ وَٱلْجِنِّ يُوحِى بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍۢ زُخْرُفَ ٱلْقَوْلِ غُرُورًۭا ۚ وَلَوْ شَآءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ ۖ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ  

Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan” (QS Al An'am,112)

Ketahuilah bahwa musuh utama para nabi dan sahabatnya adalah kaum musyrikin dan penyembah kubur, seperti yang menimpa Nabi Nuh as dan para utusan sesudahnya.

وَمَا نَقَمُوا۟ مِنْهُمْ إِلَّآ أَن يُؤْمِنُوا۟ بِٱللَّهِ ٱلْعَزِيزِ ٱلْحَمِيدِ

“Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji” [QS Al Buruj: 8]

Di antara imam pembela tauhid, pembongkar akar kesyirikan pada abad kedua belas Hijriah yang membingungkan ahli syirik Internasional hingga sekarang adalah Imam Mujaddid Muhammad bin Abdul Wahhab.



Orang sufi, tarekat, dan kebatinan marah karena Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab membongkar kesyirikan mereka dengan mengambil dalil dari al-Quian dan Sunnah shahihah, dengan pemahaman sahabat dan ulama atsar, dengan sistem membantah syubhat mereka, dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh orang awam, singkat dan padat, tidak satu pun yang bisa membantahnya: seperti katab beliau: at-Qawa’idul Arba', Kasyfusy Syubuhat fit Tauhid, Kitab Tauhid yang membahas tauhid uluhiyyah, dan karya tulis beliau lainnya. Lantaran keberanian beliau inilah banyak permusuhan dan fitnah dan kalangan kaum musyrikin. Sehingga beliau dituduh membawa madzhab baru, yaitu Wahhabiyyah (Wahhabi); yang mestinya Muhamma¬diyyah, karena nama beliau Muhammad. Akan tetapi me reka telah keliru. mereka menisbahkannya kepada nama Alloh yaitu al-Wahhab. Jadi, Wahhabiyyah bukan madzhab yang salah, melainkan yang benar karena bersumber dari wahyu Allah swt walaupun ahli syirik tidak suka.

Beliau mengajari orang awam untuk membantah tokoh pembela kesyirlikan dengan pelajaran yang mudah dipahami. Di dalam kitab Kasyfusy Syubuhat beliau menjelaskan. "Ketahuilah bahwa musuh tauhid adalah orang yang punya ilmu, pandai berdalil, dan pandai bicara. Akan tetapi, satu orang awam yang mengerti tauhid akan mampu mengalahkan sekian banyak tokoh ahli syirik”.
Dan memang benarlah yang beliau sampailkan tersebut. Tidak sedikit pengikut mereka keluar dari cengkeraman tokoh kesyirikan karena mendengar atau mernbaca risalah Syalkh Muhammad bin Abdul Wahhab. Sehingga dengan makin banyak orang yang jauh dari tokoh kesyirikan, mereka—para tokoh ini—marah. Mereka pun bangkit untuk mengadakan perlawanan, misalnya berupa bantahan tertulis kepada Syaikh. Akan tetapi, Alloh SWT memberi hidayah kepada hamba-Nya yang beriImu untuk membalas bantahan tersebut. Ada lagi yang mengobarkan perlawanan dengan cara melecehkan Ahli Sunnah, seperti yang dikatakan oleh Imam Abu Hatim ar-Razi rah.a, "Tanda ahli bid'ah adalah mencaci ahli atsar”.

Ada pula musuh dakwah tauhid yang menempuh cara demonstrasi, merusak, bahkan menyakiti secara fisik. Hal ini apabila mereka merasa kuat dan jumlahnya banyak. Sikap mereka ini diterangkan oleh Rasulullah saw:

إِنَّ مِنْ ضِئْضِئِ هَذَا قَوْمًا يَقْرَءُوْنَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ يَقْتُلُوْنَ أَهْلَ الْإِسْلاَمِ وَيَدَعُوْنَ أَهْلَ اْلأَوْثَانِ

Sesungguhnya ada suatu kaum termasuk keturunan orang ini, mereka membaca al-Quian tetapi tidak sampai kepada tenggorokannya, mereka itu membunuh pembela Islam dan membiarkan penyembah berhala.” (HR Muslim) bersumber dari sababat Abu Sa’id al-Khudri

Apabila mereka tidak mampu menyerang dengan fisik, karena mereka merasa lemah dan hina, tidak mampu melawan dengan dalil dan khawatir pengikut mereka hanyak yang lari, maka para tokoh minta bantuan kepada pemerintah untuk menghentikan dakwah ahli tauhid di masjid-masjid dan lembaga kajian lainnya, dengan alasan mereka meresahkan umar, mereka memhawa madzhab baru, seba¬gaimana yang pernah terjadi pada diri Bisyr al-Marisi pada masa kerajaan al-Ma'mun. Dan hal itu telah dirasakan pula oleh saudara kita di berbagai tempat. Untuk lebih jelasnya, lihat kitab Ushulus Sunnah oleh Imarn Ahmad bin Hanbal, Tahqiq Walid bin Muhammad an-Nashr hlm 35.

Imam Syathibi berkata;
"Ketahuilah bahwa ahli bid'ab pada zaman tabi’in dan sesudahnya, mereka minta bantuan kepada pemerintah dan minta perlindungan orang kaya untuk mempertahankan kesyirikan mereka. Dan jika mereka merasa lemah, mereka sembunyi dan menjauh dari khalayak ramai”.

Kejahatan mereka perlu kita ketahui agar kita waspada dan tidak heran dengan tindakan mereka yang mengawur.

Selanjutnya, bagi yang ingin membaca sejarah pejuang ahli tauhid Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rah.a, fitnah yang dimunculkan oleh musuh tauhid kepadanya, dan sekaligus bantahannya, saudara kita al-Ustadz Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar telah menyisihkan waktunya untuk menelaah riwayat hidup Syaikh ketika berdakwah dan sekaligus membantah orang yang membenci dakwahnya seperti Ahmad Zaini Dahlan, orang yang.dijadikan rujukan oleh pembela kesyirikan lainnya semisal Siradjuddin Abbas dan rekan-rekannya.

Sungguh setelah kami membaca tulisan saudara kita ini, yang banyak merujuk kilab para imam Sunnah—ulama salaf kami mengajak kepada saudara-saudaraku yang beriman yang ingin membela tauhid dan memberantas kesyirikan dan melawan senjata ahli syirik terutama penuntut ilmu, hendaknya menyempatkan diri sudi membacanya, karena risaah beliau ini banyak faedahnya dan supaya kita tahu kebohongan ahli Syirik.

Akhimya, semoga Alloh SWT memberi pahala kepada saudara penulis; Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi yang saya cintai katena Alloh, kepada kedua orang tuanya, kepada pengasuhnya, dan juga kepada pembacanya, kepada yang mencetak (versi buku) nya dan yang menyebarkannya.

Oleh: Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron

Pengasuh Ponpes: Al-Furqon Al-Islami, Gresik

Hot Promo

lazada indonesia
 
Terima Kasih Kepada : Sofyan Hadi | Rodja - TV | Yufid.Com
Copyright © 2014. Meluruskan Sejarah Wahabi - Kebenaran Hanyalah Milik Allah SWT
Template Dimodifikasi oleh: Deni Rusman Diterbitkan dengan: Adara TV
Didukung oleh: @abuadara